Kamis, 15 Desember 2011

Memungut Jutaan Dari Ribuan Rupiah

Saat orang-orang terdekat kita ulang tahun, alangkah senangnya ia saat sesuatu terbingkis untuknya. Sekuntum do’a terpanjatkan, semoga ia panjang umur, musah rejeki, tambah baik an dilimpahkan rahmat hidayah serta dipermudah jodoh. Namun adakalanya kita lebih sering membeli kado buat seseorang, meskipun itu sangat murah namun sangat berarti buatnya.
Kado yang indah biasanyaakan sangat berkesan apbila dilengkapi dengan pernak-pernik lainnya, seperti pemberian aksen pita cina. Pita cina berwarna senada kertas kado, dibentuk bunga dan melilit dikado memang butuh keterampilan khusus buat membuatnya. Tapi, ada satu kios yang menjual pernak pernik tersebut dan gampang dicari di pasar Aceh.
Masuklah ke pasar Aceh. Lorong paling kanan dari arah pintu masuk, di depan jajaran toko emas, parang, kain. Teruslah berjalan melewati penjual baju, pakaian dalam, aksesoris dab sebelah kiri akan kita temukan los kecil menjual pernak pernik  kado.
Ruangan berukuran 1x1 meter itu akan membuat pembeli tercengang. Etalase kaca di depannya  dipenuhi dengan bebagai macam dompet, berbagai warna, terpajang di situ.
Melirik sedikit ke atas, pembeli akan di manja dengan gelang-gelang dan kalung dari manik-manik transparan, aneka warna. Mulai dari manik-manik berukuran kecil sampai yang sebesar kelereng akan di temukan pembeli disini. Kalung manik-manik itu sangat jarang di jual di kios aksesoris kaki lima yang banyak di temui di Banda Aceh.
Di dalam kios tersebut ada lemari besar dan tinggi. Di dalamnya tersusun rapi jajaran barang-barang super imut, seperti jam weker yang terbuat dari kayu atau plastic, bahkan banyak diantaranya hasil daur ulang, ada frame photo yang dilengkapi dengan tempat pensilnya, dan masih banyak lagi benda-benda keren sebagai kado.
Di bagian sudut lantai sebelah kiri berjajar kertas-kertas kado yang sudah di bentk menjadi kubus, bagian atasnya masih terbuka. Kertas kado yang di bagi dua itu dilipat-lipat, kemudian menjadi sebuah kantong. Warnanya banyak, tergantung selera pembeli yang memelih mana. Harganya tidak mahal perkantongnya berkisar antara Rp. 1000,- sampai Rp.3000,-
Kalo kadonya ingin dihias, pembeli bisa minta dihiaskan kadonya pada penjual. Atau mau memasang sendiri di rumah, kita bisa membelinya di kios ini. Pita cina yang di jual disini sangat praktis. Siapa pakai dengan berbagai warna dan motif. Ada yang berwarna pink motif hati, biru motif garis emas di kedua tepinya, atau merah dengan motif hati warna putih di lengkapi gambar bunga-bunga kecil, di ramaikan lagi oleh ukuran lubang-lubang kecil seperti bordiran di tepinya.
Penggunaannya juga cukup praktis. Tinggal tarik pita bagian dalamnya dengan menahan pita utamanya, maka bentuk indah seperti pita akan terbentuk sendiri.

Siapa dia?
Dia adalah Karim, pemilik sebuah kios kecil di pasar Aceh. Uahanya menjual pernak pernik kado di Banda Aceh, tepatnya di dalam pasar Aceh mungkin bukan ide bagus buatnya. Tapi keadaan ekonomi dan strategilah yang mendesak Karim untuk berpikir lebih kreatif.
Dengan kios sekecil itu, Karim mampu memasok barang-barang mungil itu dari Medan dan meraih untung lumayan setiap harinya.
Di pasar Aceh sanagt jarang pedagang yang menjual aksesoris, tapi sejak Karim berada di situ, perlahan-lahan mulai muncul pedagang-pedagang baru yang menjual aksesoris seperti gelang, kalung, cincin, bros, anting-anting dan sejenisnya.
Karim sendiri berebeda. Beberapa bulan bertahan berdagang pakaian jadi layaknya pedagang-pedagang lain, ia pun merasa kurang untung. Dengan modal awal lebih kurang Rp. 20.000.000,- ia mencoba beralih objek. Dari menjual pakaian jadi wanita ke pernak pernik kado. Pernak pernik kado sperti ini umumnya kita temui di toko Sejahtera Gallery, harganya pun relative lebih mahal daripada di kios Karim.
“Kita yang datangnya kan banyak mahasiswa, jadi harganya lebih miring dikitlah…” ujar Karim sambil membungkus sebuah jam meja berbentuk teddy bear yang berdetak perlahan.
Untung yang di dapat Karimpun tidak sepadan dengan biaya yang dikeluarkan dan relative mahal. Untuk menyewa kios sekecil itu  saja Karim harus mengeluarkan Rp. 13.000.000,- belum lagi modal yang ditanamkan dalam usaha ini Rp.10.000.000,-. Membeli pernak pernik, segala macam sebagai modal usaha dalam kios mini itu.
“saya sewa kios Rp.13.000.000,-, kalo toko kan sampe Rp. 35.000.000,-. Untuk modal beginian aja minimal Rp.10.000.000,-“ Tambahnya sambil kemudian menyapa pelajar SMU yang lewat.
Semuanya murah meriah
Saat-saat sepi, tatkala pembeli tidak ada Karim memilih kesibukan membuat kubus kado, bila ada pemebeli datang dan ingin di bungkus kadonya, Karim tidak lagi capek memotong, melipat, ia tinggal memasukkan kado barang yang dipilih pembelin merapikannya dengan isolasi di bagian atas. Bentuknyapun lebih kreatif unik. Seperti tas, bagian atasnya tidak lagi di bentuk kubus, tapi dirapatkan kedua sisi dan di beri hiasan dari pita cina.
Bahkan pembeli bebas memilih dengan cara masuk keruangan sempit itu. Melirik jam yang terpajang di lemari tinggi di dalam. Jika ingin kreatif, boleh membeli kertas kado yang telah di bentuk Karim. Harganya tak mahal, bahkan sangat murah untuk sebuah kreatifitas seseorang. Harga tas kado yang kecil hanya Rp. 2000,- dan yang berukuran lebih besar Rp. 3000,- sampai Rp. 5000,-.
Biasanya pembeli ramai ketika siang menjelang. Saat pelajar pulang sekolah. Siang itu beberapa pelajar memasuki pasar masih dengan seragam sekolah, putih abu-abu. Dengan tas yang terlihat agak berat, wajah lesu, mereka berjalan sambil mata yang terus melirik kiri dan kana, berharap ada benda atau dagangan yang terpajang disana menjadi incaran.
Mereka berhenti di depan kios Karim. Melirik ke etalase, menatap dompet-dompet yang terpajang di sana. Seorang cewek bertubuh kecil berjongkok di tepi etalase, melirik sebuah dompet berwarna biru, bergambar animasi.
“Bang, coba lihat yang itu.” Katanya sambil menunjuk sebuah dompet. Karim mengambil dompet tersebut dan memberikan pada cewek itu. Agak lama si cewek mengamati tiap sudut benda yang di pegangnya.
“berapa harganya, bang?”
“Rp.45000. murah ni dek, bagus bahannya. Kalu beli di toko gak dapat” Promosinnya.
“Gak kurang lagi, bang?” tawarnya cewek yang satunya, sepertinya teman si cewek itu.
“Nggak bisa dek. Ini juga harga pas, abang gak dapat untung apa-apa dari dompet itu, dek Cuma Rp. 1000,- untungnya, dek. Apalah cukupnya Rp. 1000,-“ kata Karim dengan tenang.
“Bang kalo Rp. 40000,- boleh tidak?” Tanyanya lagi, menimbang-nimbang untuk membeli. Tangannya merogoh dompet coklat kulit dari dalam tas.
“Rp. 43000,- lah, dek. Itu udah harga matinya. Abang ambil dari Medan juga segitu, dek”
si cewek mengeluarkan uang Rp. 50000,- untuk membayarkan harga dompet itu. Karim mengambil Koran sebesar kertas kuarto. Ia membungkus dompet itu dengan Koran.
“Bang, dibungkus kado ya….” Kata cewek yang satunya, bukan yang membeli dompet.
“Boleh. Tambah Rp. 2000,- ya….”
Si cewek mengangguk. Tangan Karim pun dengan cekatan membungkus dompet dengan kertas yang lebih tebal. Kemudian kertas kado berwarna pink dengan motif hati telah membungkus dompet itu.
Setelah mengucapkan terimakasih kedua cewek tiu berlalu. Berpindah ke sebuah kios yang menjual perhiasan dari manik-manik.
Sore menjelang, saat semua pemilik kios kecil itu menutup kiosnya, Karim pun sibuk dengan dagangannya. Menutup kios kecil tersebut dan beranjak pulang. Menatap hari esok dengan meraup untung yang lebih baik. Begitulah Karim terus berharap dan memohon mendapatkan yang lebih baik dari hari itu.
Ia masih berharap bisa memiliki toko sndiri dengan modal yang lebih besar, dan meraup untung lebih banyak setiap harinya, dari ribuan ke jutaan.***

Tidak ada komentar: