Minggu, 14 April 2013

Day 0804.2013: Notes Bambu

Begh!
Rasanya hidup seperti dimasukkan ke dalam kotak yang paling tidak menyenangkan ketika harus berada di rumah sakit. Begitulah yang saya rasakan saat menulis catatan ini. Saya nyaris muntah di ruangan yang dihuni oleh empat orang pasien ini.

Notes motif bambu yang saya bicarakan. Inilah dia!


Memang hari itu kamar Raudah, salah satu kamar di paviliun Dahlia Rumah Sakit Umum Datu Beru yang berlokasi di Takengon tidak begitu ramai. Hanya dihuni oleh dua orang. Ayah saya yang mengalami sakit post stroke dan seorang wanita beranak dua yang menderita tumor di bawah geraham.

Berbagai aktivitas pengusir jenuh saya lakukan sebelumnya. Mulai dari smsan, menelepon teman sampai bermain game telah saya lakukan. FB-an via HP juga. Tapi aktivitas ini hanya mengurangi daya tahan batre HP saya.  Sedangkan untuk satu malam ke depan, saya butuh batre HP ini untuk berkomunikasi.

Tidak ada buku yang bisa saya baca. Toko buku di kota ini jauh. Itupun koleksinya sedikit dan tak menarik. Rata-rata buku yang dijual di sana sudah saya miliki. Mendadak saja, tanpa terpikir sebelumnya, saya bergerak untuk membeli notes di koperasi.

Saya sadar, harga barang di koperasi rumah sakit sangat mahal. Langkah saya begitu ringan keluar dari ruang Raudah dengan uang 50 ribu. Satu-satunya lembaran yang tersisa di dalam dompet saat ini.

Ternyata koperasi tutup setelah lewat jam 12. Saya terpaksa keluar dari lingkungan rumah sakit dan menyebarang ke sebuah super market. Awalnya saya pikir super market ini hampir bangkrut, melihat begitu sedikit barang yang terpajang di di sana,

Tak ada buku tulis di sana. Hanya ada dua buah notes ukuran mungil, Harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga di Banda Aceh. Tapi saya tertarik dengan salah satu yang dipajang di sana. Motifnya belum perna saya temui di ibukota Nanggroe Aceh Darussalam itu.

Motif bambu. Ini menarik buat saya. Sampai saat saya menulis catatan ini, seperempat dari halaman notes sudah terisi.

Tulisan saya jelek jika sedang menulis di buku yang bagus. Hah!


Ah, hidup memang lebih simpel dengan berbagi. Menulis itu melegakan, menyembuhkan, menyibukkan.

^_^