Kamis, 15 Desember 2011

Beda Tradisi Ospek IAIN

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEMA) IAIN Ar-Raniry 20 Juli lalu, menyeleng-garakan perkenalam kampus, untuk mahasiswa baru, Orentasi perkenalan kampus (ospek)  yang dilakukan agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, mengingat tahun sebelumnya perkenalan kampus ditiadakan oleh Rektor, menimbang dari berbagai pertimbangan dan melihat perkembangan orentasi tidak lagi pada dasarnya,
Ospek yang dilaksanakan selama tiga hari mulai dari tanggal 20 sampai 22 juli 2006, diikuti oleh 1251 peserta, pembagian pelaksana telah di bagi dalam tiga pos yaitu untuk BEMA satu hari, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMAF) masing-masing fakultas dan dan selanjutnya dilaksanakan jurusan yang ada di IAIN Ar-Raniry.
Menurut Lukman Ibrahim, Pembantu Rektor III bidang mahasiswa, mengatakan “Pelaksanaan ospek tahun ini dilaksanakan oleh panitia bersama yang dirangkul dari perwakilan dari masing-masing fakultas dan jurusan. Panitia bersama itu diberi nama Syedara (Syar’i dengan Ar-Raniry), yang bertemakan “Islam is the way of life” yang maksudnya “islam merupakan jalan hidup”.
Dengan menggunakan sistem MSQ, (Motivations and Spiritual Questions), bertujuan untuk memberikan motivasi kepada mahasiswa-mahasiswi baru serta kepada calon instruktur Ospek di bekali dengan materi MSQ. Karena menurutnya MSQ ini punya peranan yang bagus untuk menata prilaku, semangat dan juga sikap para mahasiswa lama, sehingga ketika melakukan ospek, mereka betul-betul di bawah bimbingan akademik dan bimbingan agama”. Dan tujuan utama dari MSQ ini  adalah memberikan semangat dan motivasi baru bagi mahasiswa baru itu sendiri, bukan justru di bentak-bentak dan disuruh yang kurang sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan ini tidak bisa terlaksana apabila training ini tidak diterapkan, “ujar nya”
Perubahan pola pelaksanaan ospek yang dilakukan oleh Pihak Biro IAIN Ar-Raniry  dari pola konvensional kepada pola modern ini, di karenakan oleh pengalaman yang dilakukan di masa lalu yang tidak sesuai kepada mahasiswa baru. Perubahan pola dari konvensional kepada modern dinilai tidak mudah dan membutuhkan proses untuk bisa di terima dikalangan elemem mahasiswa, “Ini kan baru pertama kali di terapkan di IAIN, walau bagaimana pun ini membutuhkan proses yang panjang” Ungkap Lukman. Perubahan pola ini di nilai banyak efek positifnya, karena menurut pengakuan Pembantu Rektor III itu metode MSQ ini telah duluan di terapkan pada Dosen-dosen yang ada di IAIN sendiri beberapa waktu silam.dan sangat efektif dalam menata sikap dan prilaku dan juga kedisiplinan, makanya  pola ini di terapkan didalam pelaksanaan ospek tahun ini. Dan apabila pada tahun kedepan bisa menggunakan pola MSQ ini maka pola ini pun akan dilanjutkan dimasa yang akan datang dan disaring dan diadopsi untuk penerapan dimasa yang akan datang. Di pola konvensional itu kan masih ada pola-pola dan cara-cara yang tidak menjamin untuk tidak terjadinya perlakuan-perlakuan tidak wajar, dia mencontohkan dalam hal pencarian tanda tangan dosen-dosen dan orang-rang penting yang ada di IAIN, “Apakah mungkin dalam waktu yang sedemikian singkatnya mereka mendapatkan tanda tangan itu. Apa pesan-pesan yang mau disampaikan dengan pola tersebut itu harus jelas” ungkap Lukman. “Karena boleh saja itu dilakukan tapi dengan pola menghadirkan orang-orang penting itu membuat dialog didalam forum, dan menjelaskan motonya masing-masing” tambahnya.
Walau bagaimana pun halnya pelaksanaan ospek tahun ini di nilai efektif dan boleh dikatakan sukses, karena menurut pantauan Biro hampir tidak ada pelanggaran-pelanggaran. Lukman mengharapkan supaya dimasa yang akan datang pelaksanaan ospek akan bisa lebih baik lagi.
Nasir Budiman Pembantu Rektor Bidang Akademik, sistem pelaksanaan ospek dari dulu sampai sekarang masih ada  perasaan unjuk kuasa, unjuk kekerasan, dan pola ini sudah dimulai dari semenjak zaman Soekarno. Padahal pola ospek yang diajarkan tidak seperti itu. “Padahal masuk perguruan tinggi melatih kita untuk menjadi seorang pemimpin. Bukan menunjukkan kekuasaan. dan dalam kegiatan ospek itu lah kita diajarkan untuk bisa menjadi seorang pemimpin” Ungkap Nasir. Memang dulunya ada kegiatan yang dinilai berbentuk kekerasan seperti memakai atribut dan pakaian-pakaian jelek dan mereka di suruh membawa perlengkapan barang-barang rongsokan, seperti membawa kaleng susu bekas yang diikat di leher dan atribut-atribut lainnya. Nasir Juga menyebutkan “Sebenarnya pada mulanya bagus, ini sebagai ajang untuk memperkenalkan bahwa harusnya seseorang mahasiswa itu kerja keras, mendidik kedisiplinan dan tahan terhadap segala penderitaan dan tidak bermain-main dalam menuntut ilmu”. Akan tetapi sekarang ini metode dan pola ini telah dilanggar dan di salah gunakan oleh oknum-oknum mahasiswa,sehingga di beberapa perguruan tinggi kegiatan seperti ini menjadi ajang peloncoan yang berimbas pada generasi berikutnya

Kontraversi
Pelaksanaan ospek memakai sistem MSQ (Motivations and Spiritual Questions), yaitu salah satu metode pemberian motivasi keagamaan dalam pelaksanaan ospek. Hal ini di tanggapi serius dan juga menimbulkan berbagai kontroversi di kalangan mahasiswa IAIN Ar-Raniry sendiri., menerima berbagai materi perkenalan kampus.
Menurut Safriadi selaku Gubernur Fakultas Ushuluddin mengungkapkan bahwa, “sistem pelaksanaan ospek tahun ini sangat bagus karena menuju sistem yang amat modern lain dari pada yang lain”. Dia menambahkan, “Meskipun terjadi keributan di beberapa fakultas, mereka adalah pihak-pihak yang belum mengerti akan sistem ini”. 
Mufti seorang alumni  Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry mengatakan bahwa, sistem pelaksanaan ospek tahun ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dia melihat pelaksanaan ospek menggunakan sistem MSQ kurang tepat untuk dilaksanakan di IAIN, karena dengan menggunakan sistem yang demikian akan bisa berdampak buruk terhadap IAIN sendiri, dia menambahkan “Masak kampus IAIN yang dinilai islami oleh masyarakat ternyata yang terlihat seolah-olah anarkis dan penuh dengan kekerasan. Apakah IAIN tidak malu dengan pernyataan masyarakat seperti itu, Seharusnya IAIN itu bercermin.”
Manajemen ospek umumnya sangat buruk karena tidak terpola. Panitia hanya mempunyai program tetapi tidak dilengkapi dengan standar yang matang. "Malah pelaksanaannya cenderung ngawur karena tujuannya tidak jelas," ujar salah seorang alumni IAIN Ar-Raniry, yang juga pemerhati kampus, “ujar zamzami mantan Gubernur Dakwah.”
.


Pola-pola kekerasan

Sejak berdirinya IAIN Ar- Raniry, 5 Oktober 1963. ospek (orientasi pengenalan kampus) sudah mulai ada. Hanya saja sistem pelaksanaannya yang berbeda dan terus menerus berkembang seiring perkembangan zaman. Hampir setiap tahunnya pelaksanaan ospek yang dilakukan oleh setiap perguruan tinggi menganut sistem kekerasan. Secara umum baik fisik maupun non fisik. Kekerasan ini bukan rahasia terjadi dalam setiap ospek. Tetapi Rektor IAIN sendiri mengecam bahwa “kekerasan dalam ospek tidak sah. Kekerasan itu kejahatan dan itu hal sangat melanggar, baik ospek sekarang maupun sebelum ini.” Sistem ospek atau perpeloncoan merupakan miniatur dari kehidupan bangsa indonesia. Orang yang belum memiliki atau memegang tampuk kekuasaan tidak dapat berkuasa. Tetapi, ketika mereka naik derajat dan mendapatkan kekuasaan, maka berkuasalah dia. "ambruklah bangsa ini kalau semua seperti itu. Ini harus diubah," ujar Feri salah seorang mahasiswa Unmuha kepada krue sumberpost. Lain halnya wahyudi, dia mencontohkan  pendidikan di negara-negara Barat yang lebih berhasil dengan pengenalan sekolah yang lebih bersahabat. Misalnya saja, pengenalan bagian-bagian sekolah dengan cara berkeliling ke bagian-bagian di sekolah. "Maka, tidak heran kalau sistem pendidikan di negara Barat lebih mendominasi di dunia. Jadi, kenapa kita tidak mencontoh mereka?" kata Yudi

Kenyataannya yang seperti ini dalam kegiatan ospek sudah biasa terlihat, malah tidak asing lagi unjuk kekuasaan para oknum-oknum senior di praktekkan. Bahkan ada beberapa universitas pernah dikabarkan melakukan tindakan kekerasan dalam ospek. Hingga ada beberapa mahasiswa menjadi korban. Seperti tersiram air keras, bahkan ada yang meninggal dunia dalam kolam renang. Karena ketidakwajaran oknum-oknum senior pada masa ospek.

Hal seperti itulah yang terjadi di dunia pelonco sekarang ini, sehingga pada puncaknya sering terjadi korban luka atau meninggal. Belum lagi kalau ada mahasiswa baru yang melakukan perlawanan, resistensi, ini yang mempercepat kemunculan teori kalap. Diperintah seniornya, mahasiswa baru tidak menurut, semakin dibentak, mahasiswa baru berpikir kok saya dibeginikan, lalu ngeyel, senior makin nekat, dua-duanya nekat, hal itulah yang sering terjadi. Pada awalnya mungkin hanya interaksi dua manusia, tetapi lama-kelamaan bisa kelompok, karena ada solidaritas kelompok.

Bentrokan bisa meluas antara mahasiswa lama dan baru, bukan hanya dengan panitia pelonco. Semua itu gara-gara superioritas, apalagi tak jarang arena pelonco menjadi lahan mencari jodoh bagi mahasiswa senior, mereka ini tentu ingin menunjukkan kekuasaannya di depan mahasiswa baru. Sebenarnya, dalam kehidupan sehari-hari, gambarannya tak jauh berbeda, jika seseorang diberi kekuasaan, dia akan menunjukkan siapa dirinya.

Walau berbagai tanggapan miring terhadap pelaksanaan ospek tahun ini dari luar Rektor IAIN Ar-Raniry, sangat mendukung  prosesi ospek yang dilaksanakan oleh fakultas-fakultas dan jurusan. Dia sendiri sangat menentang adanya kekerasan dan unjuk kekerasan. Seperti halnya perburuan tanda tangan, beliau menanggapi positif. ”Apapun materi diberikan instruktur sangat berguna. Tidak ada seorang instruktur menyesatkan adik-adiknya. Bahkan pencarian tanda tangan, yang selama ini dianggap nggak berguna sangat perlu untuk perkenalan dengan dosen, Rektorat, Fakultas,  BEM, dan BEMAF.” Tambahnya”

Panitia  diadakan  TOT.
Dalam pelaksanaan ospek tahun ini IAIN melakukannya agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena proses perekrutan panitia ospek, pihak Rektorat IAIN Ar Raniry membekali instruktur dengan Training of Trainer (TOT). TOT ini Berlaku untuk tingkat institut sampai tingkat jurusan. Pertama, Mekanisme kita mulai rekrutmen peserta TOT untuk instruktur sebanyak 70 orang. Dua, instruktur terdiri dari komponen HMJ, BEMAF dan BEMA. Pembekalan ini disajikan oleh tim Al Zikri, kerjasama dengan BEMA dan BIRO IAIN Ar- Raniry. Materi yang di berikan adalah MSQ pemberian motivasi (motivation) kepada mahasiswa baru sehingga mareka  mempunyai semangat dan etos kerja yang baik dalam mengikuti kegiatan perkuliahan.

Pembantu Rektor III IAIN Ar-Raniry, Lukman Ibrahim juga membentuk satu kepanitiaan besar dalam ospek yang di beri nama syedara (Syar’i Dengan Ar-Raniry). Dan kepanitiaan tersebut di bawah di tangani di bawah kepengurusan BEMA IAIN Ar- Raniry sendiri. “Panitia bersama kita laksanakan agar kita bisa laksanakan secara seragam dengan pola yang sama. Karena tahun ini kita laksanakan dengan pola yang berbeda. Karena tahun ini kita adakan perubahan pola. Dari pola tradisional menjadi pola modern” ungkap lukman kepada Krue sumberpost ketika ditanyai masalah panitia bersama tersebut.
Pembantu Rektor III juga mengambil tindakan tegas bagi peserta yang tidak mengikuti ospek. Mereka akan di beri orientasi khusus. Tindakan ini diambil untuk memberi pengalaman yang sama dan mengajarkan suatu bentuk kedisiplinan yang tinggi bagi mahasiswa.
“Sebelum mengikuti orientasi, kita tidak yakin mereka bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, tidak bisa kenal kampus dengan baik. Kita akan panggil dan setiap individu kita akan berikan sertifikat dan sertifikat itu merupakan prasyarat mengambil dokumen-dokumen kelulusan.”  Jelas Lukman mempertegas.
Dalam proses pemberian materi khusus bagi mahasiswa-mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan ospek ini, pihak Rektorat juga membentuk kembali kepanitiaan khusus. Apakah akan direkrut dari pihak rektorat atau dari pihak panitia ospek lalu, yang jelas itu akan di laksanakan dan tunggu aja kapan tanggal mainnya. Dan sampai sekarang kepanitiaan tersebut belum terbentuk karena harus ada pendataan terlebih dahulu. “Kita harus data dulu, karena siapa tau ada mahasiswa yang sudah lulus tahun lalu tidak ikut lagi tahun ini.” Tambahnya lagi. Pengalaman menggambarkan bahwa mahasiswa yang telah mengikuti kuliah di salah satu fakultas mengikuti testing lagi di tahun kedua dan memilih jurusan di fakultas yang berbeda. Misalnya ada mahasiswa yang telah lulus pada fakultas A dan telah mengikuti ospek pada tahun lalu. mereka tidak harus mengikuti ospek lagi pada tahun ini.




Pengutipan dana tambahan
Dalam rangka perubahan tahun ajaran barunya seiring dengan perubahan metode ospek yang berpola ospek secara konvensional menjadi pola modern, tahun ajaran 2006-2007 ini Biro IAIN Ar-Raniry sendiri tidak melakukan kutipan secara berlebihan seperti tahun-tahun sebelumnya, Meskipun dari masing-masing BEMAF ada juga melakukan  kutipan dana tambahan, itu pun hanya untuk kebutuhan konsumsi bagi para peserta ospek itu sendiri selama mereka berada di fakultas dan jurusan. Dan dana yang pertama dikutip sebanyak 5000 oleh pihak Panitia bersama ketika mereka pertama mendaftar ospek di halaman Biro IAIN, dan ditambah 10.000 lagi ketika mereka kembali mendaftar ospek di tiap-tiap fakultas. Akan tetapi menurut pengutipan dana tambahan ini di nilai tidak terlalu memberatkan peserta ospek. Menurut pengakuan Dede, salah seorang peserta ospek, pengutipan ini wajar-wajar saja dilakukan karena ini bentuknya jelas untuk kebutuhan kami, dan juga sistem pengutipannya juga dinilai transparan. “Itu kan untuk kebutuhan konsumsi kami selama 3 hari selama mengikuti ospek tersebut, dari pada kami harus capek-capek membelinya di luar. “Lagi pula waktu istirahatnya tidak banyak, hanya cukup untuk waktu shalat, itu sangat membantu” tambahnya.

Ospek harus berpakaian islami
   Pelaksanaan Ospek tahun ini sudah termasuk memenuhi kriteria standar ospek. Mahasiswa baru yang masuk ke institut kita harus ada kebanggan tersendiri. Karena selama kuliah bisa memakai fasilitas-fasilitas yang ada. Dia juga bisa cinta fakultasnya, sehingga ia sadar akan kesehatan lingkungannya. Jadi rasa memeliki itu ada. Dulunya mereka nggak ada rasa ingin memiliki.
Syarat-syarat dalam ospek dibuat bersama. Antar pembantu Rektor (Purek) III dan Pembantu Dekan (Pudek) III dari tiap-tiap  fakultas, termasuk dalam berpakaian. Panitia dan peserta tidak di benarkan memakai jeans dan berpakaian ketat. Apabila di temukan pelanggaran tersebut maka akan di kenai sanksi. Tapi kenyataan membuktikan bahwa sampai sekarang masih juga ada panitia dan instruktur yang melanggar peraturan tersebut. Apakah peraturan itu dibuat hanya untuk di langgar bukan untuk dilaksanakan, kalau begitu halnya bagaimana kita bisa menuju kepada suatu arah yang mencerminkan perubahan yang berarti.

Tidak ada komentar: