Kamis, 17 Oktober 2013

Day 1710.2013: Demam

Aku terbangun dengan mata yang masih berat. Mengantuk. Perutku terus saja berkeriuk, bukan minta makan, tapi berulang kali mengeluarkan apa yang sudah kuisi di dalamnya. Kurasa aku memang butuh sesuatu yang bisa menahannya untuk terus mengeluarkan sesuatu.

Badanku juga hangat. Kepalaku nyut-nyutan. Aku tahu ini gejala sakit. Seperti biasanya, jika sudah terlalu dingin, maka kepalaku seperti dihantam ribuan ton paku. Menusuk sekali. Dan lagi... Mungkin langganan setiap lebaran. Mengingat setiap kali lebaran aku selalu sakit.

Di sini, di Beijing, aku melewati lebaran di ruang kelas. Hari ini aku mengikuti semua pelajaran dengan dictation, aku tidak bisa mengerjakan setiap kalimat dengan benar. Aku lupa. Aku tidak bisa mengingat hanzi meskipun bisa membaca dan mengetahuinya. Banyak karakter yang aku tak paham. Kupikir, aku harus mulai belajar mulai hari ini. Membuat kalimat dan menyelesaikan semua PR yang menumpuk.

Sayangnya..

Itupun aku tak sanggup kerjakan. Aku baru menyelesaikan satu bab saja, melanjutkan tugas yang aku kerjakan di kelas tadi. Bukannya selesai. Aku tertidur pulas hingga magrib. Ketika bangun badanku tambah tidak nyaman.

Kondisi seperti ini tentu tidak mungkin aku kabarkan pada orang tuaku. Hanya teman yang bisa memberitahu aku solusi apa yang bisa aku tempuh. Ya, seperti yang juga akan orang sarankan, "Pergi ke rumah sakit。”

Bedanya, temanku ini lebih rinci karena kami sama-sama mahasiswa beasiswa dari pemerintahan. "Pergi ke klinik kampus di dekat gerbang utara, kemudian ambil resep dan minta stempelnya.. Lalu bawa resep dengan stempel dan struk pembayaran ke kantor. Berikan pada miss Anqi. Ia akan menggantikan uang yang kamu keluarkan."

Aku cuma berterimakasih saja padanya. Aku sendiri ragu, apakah orang-orang di sana bisa berbahasa Inggris? Jika bisa, aku pikir ini jauh lebih baik. Jika tidak bagaimana aku bisa mengeluh sakitku pada mereka?

Mungkin aku akan pergi dengan Eveline dan meminta bantuannya untuk menterjemahkan untukku. Itu jauh lebih baik daripada menunggu di kamar menunggu keajaiban. Belum lagi jika aku sampai tidak mempan minum obat Indonesia. Aku membawa satu lempeng paracetamol dari Indonesia, beberapa butr entrostop, dan enervon C. Semuanya sudah aku siapkan untuk penghadang sakit di sini. Ternyata banyak yang mengatakan justru tidak cukup.


Tidak ada komentar: