Kami memanggilnya
Ais. Nama lengkapnya sama sekali saya tak tahu. Hanya sedikit saya
mengetahuinya, Faris. Dia anak pertama dari tetanggaku, kami memanggilnya kak
Linda.
Siang itu saya
sedang mengutip kopi di kebun bersama adik laki-laki pertama dan mamak saya.
Sayup-sayup di antara kelelahan, saya mendengar suara motor yang meraung-raung
mendekati ke kebun. Lalu adik saya mengahmpirinya. Mereka berbincang agak lama.
“Yok, Mi. Aku
ajarkan cara merawat kopi” Kata ayah Faris pada adik saya. Fahmi, adik saya
mengikutinya. Kemudian mereka berbincang beberapa saat. Saya pikir, itu sejenis
tutorial singkat cara merawat kopi.
Faris ikut
bersama Omo-nya (panggilan Faris untuk ayahnya). Sementara saya memilih duduk
di gubuk sambil membalas sms masuk. Waktu itu saya melihat Faris mencuri-curi
lihat ke gubuk tempat saya berdiam.
“Kemari Faris.
Kita foto-foto” Kata saya asal.
Awalnya saya
berpikir simpel. Anak-anak paling suka diajak berfoto-foto. Gaya mereka
sederhana dan tak ada yang menarik jika tahu di foto. Pasti berdiri tegak
sambil menahan nafas dan tak ada senyum.
Ternyata saya
salah. Faris dengan santai mendekati motor Astrea Grand omonya dan tersenyum.
hanya begitu? Tidak.
Faris mengangkat
kaki kanannya layaknya abg-abg sekarang jika berfoto. Tersenyum lebar dan
tangan kanan di pinggang. Sementara tangan kiri memegang motor. Halah! Saya
ngakak sejadi-jadinya melihat gaya anak itu. Ternyata anak di bawah umur pun
sudah jago bergaya model.
Note:
Saya jadi ingat perbincangan saya dengan
ibu kos lama saya. Kata beliau, anak jaman sekarang dan jaman dahulu berbeda.
Anak sekarang kalau lihat kamera langsung tahu au bergaya seperti itu.
Sementara anak-anak jaman dulu masih risih bila melihat kamera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar